Lalu aku melaknat mendung penadah hujan badai,
kepada desember, aku mencaci,
sebegitu sederhananya pergi dengan jejaring ombak
saat belum kutuntaskan ingus-ingus darah yang kucecerkan
di atas padang hutan
Gemerlap kebohongan yang ditawarkan pada kelabu masih segar kuhirup,
kubagi dengan senja yang sengaja menungguku hingga tertidur
Aku tak bodoh, justru itu semakin menguatkan aku dengan meneguk sebotol green sand
Sudah puas kau caci maki aku, desember?
Aku gagal, membuatmu tersenyum bangga dan mengkonversi tangis hinamu
tangis darah yang aku sendiri jijik untuk menjilatnya,
namun terpaksa kuminum perlahan tanpa gelas tanpa pegangan tangan
langsung dari tanahnya
Ini untukmu, desember!
Lalu hujan
Kita menangis di bawahnya
Setelah bulan itu, desember
#np Efek Rumah Kaca – “Desember”
(Fahmi Rachman Ibrahim, 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar