Aku Belum Tentu Pemabuk, Kota Wisata Batu, Indonesia (Model by: Oktavian "Bombom" Hernawan) |
Aku, jadi, aku itu apa? Aku belum menemukan “aku” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Menurutnya, “aku” adalah pronoun. Menurutnya, “aku” adalah kata ganti pertama tunggal sebuah sudut pandang. Menurutnya, “aku” adalah aku. Masih sangat abstrak.
Ternyata, aku bukan tentang sudut pandang pertama yang selalu ingin memenangkan ego. Aku bukan semudah sesosok manusia dan lelaki dan berpostur pendek, dan berkepala botak dan berkulit hitam mengkilap. Ternyata, aku bukan tentang sepi yang sering aku keluhkan, aku bukan tentang jenuh yang kujadikan alibi saat diam dalam sendiri, bukan hanya tentang detik tiap detik penuh kabut. Mungkin bukan semudah debu terseok angin, aku bukan tentang malu yang ingin menyapa gadis berambut sebahu. Iya, gadis di seberang rumah susun tua itu.
Aku bukan hanya malu, mungkin gengsi dan yang terpenting, ternyata malu bukanlah aku. Aku pernah berekspektasi, bahwa aku adalah tuhan di kehidupanku sendiri, lalu kutulis dan kumainkan sendiri peranku atas dosa-dosa dan alibi yang kubuat. Ternyata aku munafik, aku masih bukan tuhan. Aku, juga bukan hujan, pernah kuakui aku seperti mereka dan titik-titiknya, atau rintik-demi-rintik ternyata aku tak sesempurna mereka yang jatuh secara beruntun namun tak pernah sakit, bahkan “jatuh” adalah kebutuhan mereka.
Ya, ini masih aku, yang tak tahu sampai nanti yang belum tentu. Mungkin aku tetap tak tahu apa itu aku ketika mereka bertanya tentang aku, entah harus menjawab dengan pengertian yang mana atau yang apa, karena memang beragam aku dalam satu aku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar