Beauty of Goa Cina Beach, Malang, Indonesia (Model by: Inne Orieska Putri) |
“People just come and go away with no care about others. But you do, and you are.”
Hai, kamu yang sedang duduk di ujung jendela lorong perjuangan, itu kamu? Kamu itu nyata? Di antara kerumunan yang mengelilingi aku seperti mengelilingi api unggun di tengah pramuka yang sedang persami. Aku lihat matamu, dan kebetulan kamu menangkap mataku, eh itu kebetulan? Mungkin aku terlalu pesimis, tapi entah seakan memang itu sebuah kebetulan.
Hai, kamu yang duduk di antara kerumunan orang-orang itu, iya, kamu yang dikelilingi seperti orang-orang pramuka persami yang mengelilingi api unggun. Itu kamu, kah? Kamu nyata? Aku seperti seseorang yang duduk di ujung lorong dan sedang diawasi serigala lapar yang sengaja mencuri pandangan untuk mengintai mangsa. Ah, mungkin aku kepedean, mungkin itu sebuah kebetulan. Dia tak benar-benar sedang mengawasi aku, hanya bertemu saat bertatap mata di detik yang sama.
Aku ingin menemuinya segera setelah ini, toh yang sedang kulakukan saat ini bukanlah melakukan apa-apa, bahkan tak lebih penting dari ibu-ibu yang menggosip sembari berebut utang di bakul sayur keliling. Aku ingin menangkap namanya, minimal bisa kudapatkan nomor teleponnya. Bukan, bukan ingin kuteror atau kukirimkan sms meminta pulsa, aku hanya ingin mencoba untuk menemuinya lewat sinyal udara. Ah, tidak, dia sedang sibuk menulis buku di ujung lorong itu, sepertinya sedang bercengkerama dengan buku hariannya. Ah, aku belum berani.
Sepertinya dia sedang sangat sibuk dengan orang-orang di sekelilingnya, tak terlihat seperti membicarakan hal-hal berbau gosip ibu-ibu pasar. Lebih terlihat diskusi penting yang mempertaruhkan harga diri sebuah bangsa. Aku hanya ingin meminta namanya, menangkap nomor teleponnya untuk mencoba menghubungi lewat kabel telepon. Tidak, aku tak berani. Dia sedang tak seluang waktuku yang hanya duduk di pojok lorong mendongak melihat keluar jendela dan tak lebih penting dari merpati yang bersandar pada bingkai jendela menikmati udara sore. Ah, aku belum berani.
(Fahmi Rachman Ibrahim, 2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar