Those are the dew in the midnight, cross over the night city park
You couldn’t find what do you need by your breathin’ in the deep ocean
I’m freezing
Di antara sampah-sampah kota yang katamu tak suka kau lihat, berserakan tak karuan
Lalu pada punkers yang menggodamu saat kau berjalan di tempat yang kauanggap karpet merah
Saat itu yang kaugerutukan adalah salah jalan yang aku pilih, nyatanya kau telah percayakan aku sebagai pemilih jalan kita
Dan di bawah kulit terdapat bekuan kabut duapuluhenam derajat tanpa helai rindu sekalipun
Aku tetap tegak, ya setidaknya kau dorong aku untuk tetap bertahan berdiri
Mata itu lagi
Yang selalu aku agungkan di awal pertemuan itu
Di awal aku mulai membenci malam yang katamu aku bodoh
Yang patut kubenci harusnya pagi, karena pagi yang memisahkan kenangan luar biasa di malam hari
Lalu sekarang, sudah paham bagaimana aku membenci malam?
(Fahmi Rachman Ibrahim, 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar