Sampai juga akhirnya di ujung gang panjang ini. Luar biasa memang rasanya. Lelah, lega, puas, “akhirnya”, dan mungkin, sedikit bangga. Ya meskipun harusnya ada satu rasa bahagia ketika akhirnya sampai di ujung perjalanan panjang ini, tapi memang belum muncul juga rasa itu.
Sudah pagi. Tapi aku merasa masih gelap, dan, udara juga masih pengap. Meski begitu, rasaku sudah mati karena sepertinya ini bukanlah pagi. Ini adalah sebuah elegi. Kira-kira seperti itu yang kaugambarkan di dalam petikan lagumu, sebuah lagu yang kemudian banyak dirasa merefleksikan rasa beberapa orang. Sebuah lagu yang entah disengaja atau tidak dibuatnya, tapi akhirnya sedikit “meledak” di hati penggemarmu, iya, kamu memang idola.
Lagu itu kemudian kuputar-ulang, mungkin saat aku menulis ini, sudah terulang tujuh kali, atau delapan kali. Saat ini aku sedang depresi, menyusur kota mati dengan mobil tua dan sisa bensin yang tak lagi banyak, dengan iringan lagumu. Hanya lagumu. Aku tak punya banyak stok lagu karena memang aku tak suka musik. Musikmulah yang bisa kugilai. Terima kasih, ngomong-ngomong.